Siapa Pelakunya? - Cernak Detektif dimuat di Majalah Bobo
Ini cerita kedua saya yang berhasil dimuat Majalah Bobo. Dimuat pada Kamis 1 Juni 2017, Majalah Bobo edisi 08.
Kali ini, cerita anak realis bergenre detektif.
Kali ini, cerita anak realis bergenre detektif.
Siapa Pelakunya?
Oleh: Hamidah Jauhary
Aku melihat Miss Tati
seperti sedang mencium sesuatu di udara.
Aku ikut mengendus.
Hmm... ada bau yang tidak enak dan menyengat. Aku ikut mencari asalnya.
Ternyata bau itu dari kamar mandi.
“Bau sekali kamar mandinya,
Miss,” ujarku.
Miss Tati mengangguk.
“Benar. Ini pasti ada yang tidak menyiram pipisnya lagi.”
Wah, itu perbuatan yang
tidak baik. Setelah buang air kecil kita tentu wajib menyiramnya. Kalau tidak,
tentu akan jadi bau. Apalagi ini adalah tempat les Bahasa Inggris. Kalau ada
satu orang saja yang lupa menyiram pipisnya, pasti baunya akan tercium oleh
banyak orang. Yang repot tentu saja Miss Tati yang bertugas sebagai
administrator di sini.
Miss Tati kelihatan
sedang berpikir. “Pasti salah satu dari anak di Room A.”
Hmm... ini sebuah
misteri! Aku sangat suka misteri. Aku juga suka membaca buku cerita detektif.
Aku harus membantu Miss Tati memecahkan misteri ini.
“Mm... memang benar,
Miss,” kataku kemudian. “Pelakunya salah satu anak yang sekarang sedang les di
Room A. Tapi... siapa ya pelakunya di antara ketiga anak tadi...”
Miss Tati memandangku.
“Tiga anak? Tadi Reza lihat siapa saja yang ke kamar mandi?”
Aku mengangguk mantap.
Aku masih ingat ketiga anak itu. Hari ini aku datang lebih awal dari biasanya.
Dan aku terus duduk di ruang tunggu dekat toilet. Aku yakin hanya tiga anak di
Room A yang ke kamar mandi. Apalagi sekarang kelas yang dipakai hanya Room A.
Room B kosong. Aku jadi lebih gampang mengingatnya.
“Reza masih ingat siapa
saja orangnya?” tanya Miss Tati lagi.
“Kalau aku melihat
mereka lagi aku pasti ingat, Miss,” jawabku.
“Kalau begitu, ayo kita
cari tahu siapa pelakunya,” ujar Miss Tati.
Miss Tati lalu
mengajakku memasuki Room A.
“Excuse me, Miss,” ujar Miss Tati setelah mengetuk lalu membuka
pintu. “Maaf mengganggu sebentar.”
“It’s okay, Miss,” Miss Dela yang sedang mengajar mempersilakan Miss
Tati.
Miss Tati pun lalu
mengajakku berdiri di depan kelas. “Yang mana? Reza ingat?”
Aku memperhatikan seisi
kelas. Hanya ada 5 anak yang les saat ini. Ini membuatku mudah menemukan ketiga
anak tersebut. Aku pun menunjuk anak yang duduk di pojok paling kanan, pojok
kiri, serta di tengah.
“Ok,” Miss Tati mengangguk. “Thank
you, Reza.”
“You’re welcome, Miss,” jawabku.
Miss Tati memandangi
ketiga anak yang aku tunjuk. “Kalian bertiga ikut Miss dulu.”
Setelah berterima kasih
pada Miss Dela, Miss Tati lalu mengajakku keluar. Ketiga anak tadi mengikuti
kami.
Miss Tati memandangi
mereka satu per satu. “Koko, Bara, dan Dino. Tadi kalian ke kamar mandi, kan?”
Mereka bertiga
mengangguk.
“Yang pakai kaus merah
yang pertama, Miss,” sahutku. “Setelah itu yang pakai kaus biru. Terakhir si
kaus kuning.”
“Terima kasih, Reza,”
Miss Tati tersenyum padaku lalu berpaling pada ketiga anak di hadapannya. “Apa
benar begitu?”
“Memangnya kenapa,
Miss?” tanya si kaus merah yang ternyata bernama Koko.
“Ada yang belum
menyiram toilet sebelum keluar dari kamar mandi. Kalian bisa menciumnya dari
sini, kan? Toiletnya sangat bau.”
Mereka bertiga lalu
berebut bicara. Mereka mencoba meyakinkan Miss Tati kalau bukan mereka
pelakunya.
“Tenang, semua,” seru
Miss Tati membuat semua langsung diam. “Miss minta kalian ceritakan satu per
satu. Di mulai dari Koko. Ayo, Koko.”
“Aku ke toilet cuma
untuk cuci tangan, Miss,” jelas Koko.
“Aku ke toilet untuk pipis,”
lanjut Bara, si kaus biru. “Air toiletnya memang agak keruh. Tapi aku sudah
menyiramnya sampai beberapa kali.”
“Bagaimana dengan kamu,
Dino?” tanya Miss Tati.
“Aku juga pipis,” jawab
Dino. “Tapi aku sudah membersihkannya. Aku memencet tombolnya dua kali.”
“Hmm.. kalau begini
susah. Tidak akan ada yang mengaku,” gumam Miss Tati.
“Aku rasa aku tahu
pelakunya, Miss,” ucapku.
Miss Tati memandangiku.
“Benarkah?”
Aku mengangguk.
“Pelakunya Dino.”
“Bukan aku,” sanggah
Dino. “Kamu jangan asal menuduh.”
“Aku tidak asal
menuduh,” kataku lalu menatap Bara. “Dengan apa kamu menyiram toiletnya, Bara?”
“Dengan air di ember,”
jawab Bara yakin. “Aku menyiramnya sampai beberapa gayung.”
Aku kembali menatap
Dino. “Nah, sudah mengerti kan?”
Dino gelagapan. Tapi
Miss Tati sepertinya masih belum mengerti.
“Begini, Miss,” kataku
mencoba menjelaskan. “Toilet di sini toilet duduk. Tapi tombol untuk
menyiramkan air ke dalam toilet rusak. Siswa yang sudah pernah ke toilet pasti
tahu. Tapi sepertinya Dino baru pertama kali ke toilet.”
Miss Tati mengangguk.
“Jadi, begitu. Wah, Reza hebat sekali. Kamu cocok jadi detektif.”
Aku tersenyum senang
mendengarnya. Aku memang sangat ingin jadi detektif.
“Nah, Dino. Apa kamu
masih mau menyangkal?” Miss Tati menatap Dino.
Dino menunduk. Ia lalu
menggeleng. “Maaf, Miss. Tadi aku memang lupa menyiramnya.”
Miss Tati menghela
napas. “Ya sudah. Lain kali jangan lupa lagi, ya. Kan peraturannya sudah
tertulis jelas di dinding kamar mandi. Jangan lupa menyiram toilet setelah
digunakan.”
“Miss tidak marah?”
“Tidak. Asal kamu
berjanji tidak mengulanginya.”
Dino mengangguk mantap.
“Saya janji, Miss.”
Aku tersenyum
melihatnya. Satu kasus sudah terselesaikan dengan baik.
*****
Mbak Midah kalau cernak itu bagusnya berapa kata ya?
BalasHapusHai, Mbak. Maaf baru lihat komennya.
HapusBiasanya kalau untuk Bobo sekitar 500-750 kata, Mbak
Mantap, menarik ceritanya ππ❤️
BalasHapusKeren... Ceritanya oke banget
BalasHapus