Bulu Tebal Shipi - Fabel (Dimuat di Majalah Bobo edisi 44, 9 Februari 2017)
BULU TEBAL SHIPI
Oleh: Hamidah Jauhary
Dongeng ini pernah dimuat di Majalah Bobo. Yuk, simak kisahnya.
Majalah Bobo edisi 44, Kamis, 9 Februari 2017
Mbeek..!
Shipi menoleh
pada asal suara tersebut.
Ah, lagi-lagi
kambing berbulu tipis.
Shipi sangat
kesal. Pak Alfred lebih banyak menambah
jumlah ayam, sapi, dan kambing di peternakannya. Hanya Shipi domba berbulu tebal
yang ada di peternakan Pak Alfred. Ia merasa kesepian. Apalagi, para kambing tidak
suka padanya.
“Kamu ini aneh,”
ujar Goati, si kambing bertanduk besar. “Kamu juga mengembik seperti kami, tapi bulumu tebal
sekali.”
“Mbeek... Benar itu!” sambung Tambing, si
kambing berbulu hitam.
Shipi berjalan
menjauh. Ia lebih suka mencari rumput di dekat pagar pembatas. Dari sini ia
bisa melihat gunung di kejauhan.
“Mooo... Kamu kenapa, Shipi?”
sapa Pipi, sapi sahabatnya.
Shipi menoleh. Pipi
berjalan mendekatinya. Petok,
si ayam betina,
bertengger di atas pagar pembatas di dekat Shipi, ikut memperhatikan.
“Ada kambing
baru lagi,” ujar Shipi sedih.
“Memangnya
kenapa kalau ada kambing baru?” tanya Petok heran.
“Itu artinya akan makin banyak yang
tidak suka padaku,” jawab Shipi.
“Jangan pikirkan
hal itu, Shipi,” kata Pipi menasihati.
“Petok.. Petok.. Itu benar!” sambung Petok. “Kan, masih ada aku dan
Pipi. Aku yakin suatu saat mereka pasti akan menyukaimu.”
Shipi diam. Ia
berharap bahwa perkataan Petok akan menjadi
kenyataan.
***
Suasana di
peternakan Pak Alfred mulai
berubah. Shipi merasa ada yang aneh dengan teman-temannya. Mereka masuk ke
dalam kandang lebih cepat. Mereka juga lebih suka berbaring di atas rumput
kering saat malam.
“Angin dingin
sudah mulai sering bertiup,” ujar Petok suatu malam.
“Iya,” Pipi
mengangguk setuju. “Itu tandanya musim dingin akan segera tiba. Ah, aku tidak suka musim
dingin.”
“Aku juga tidak.
Aku tidak akan bisa memakan cacing lagi selama musim dingin,” keluh Petok.
“Aku tidak akan
bisa memakan rumput yang segar lagi,” sambung Pipi. “Rasa dinginnya itu…. Aku tidak suka dingin!”
“Jadi, kalian
semua bertingkah aneh karena musim dingin akan segera tiba?” tanya Shipi akhirnya.
“Sekarang kan belum musim dingin. Masih ada waktu. Bersemangatlah teman-teman.”
“Anginnya sudah
terasa dingin, Shipi. Kami tidak suka kalau kedinginan,” ujar Petok.
Shipi diam saja.
Baginya angin yang bertiup terasa sama saja. Tidak dingin sama sekali. Bahkan saat
salju mulai turun dan menutupi seluruh lahan peternakan Pak Alfred, Shipi tetap
tidak merasa kedinginan. Sementara teman-temannya, semua lebih sering
berlindung di balik kandang mereka.
***
“Mbeek… Bagaimana ini?” ucap
Goati. “Kita bisa mati kelaparan kalau begini.”
“Ke mana
sebenarnya Pak Alfred?” tanya Tambing.
Tak ada yang
menjawab.
Sudah seminggu
ini Pak Alfred tidak muncul. Padahal seharusnya ia membawakan rumput untuk para
kambing dan sapi,
serta jagung bagi para ayam. Hal
ini membuat para binatang resah. Persediaan makanan mereka hampir habis. Kalau
Pak Alfred tidak muncul juga, mereka semua akan mati kelaparan.
“Petok...
Petok.. minggu kemarin aku melihat Pak Alfred terjatuh saat hendak masuk ke
rumahnya. Mungkin itu sebabnya ia tidak memberi kita makan,” Petok memberi
penjelasan.
“Terus, apa yang harus kita
lakukan?” kata Pipi. “Persediaan rumput Pak Alfred ada di luar. Kita tidak
mungkin mengambilnya. Di luar sangat dingin.”
“Biar aku yang
mengambilnya,” sahut Shipi.
Semua binatang
menoleh padanya.
“Kamu yakin?”
Tambing merasa sangsi.
“Serahkan saja
padaku,” jawab Shipi tegas.
Shipi lalu ke
luar kandang. Beruntung,
salju yang turun tidak terlalu deras hari ini. Ia segera ke gudang persediaan
makanan Pak Alfred. Di sana ia menemukan banyak rumput. Ada jagung untuk para ayam juga
di gudang itu.
Shipi menggigit
rumput sebanyak yang ia bisa lalu membawanya ke kandang. Ia melakukannya
berulang kali hingga terkumpul banyak rumput untuk semua ternak. Tak lupa ia
juga membawa jagung
untuk para ayam.
Teman-temannya
bersorak kegirangan.
“Petok… Petok… Terima
kasih, Shipi,” seru Petok gembira. “Kamu telah menyelamatkan nyawa kami.”
“Bagaimana kamu
bisa melakukannya?” tanya Goati akhirnya. “Di luar kan sangat dingin. Tapi kamu
mampu bolak-balik dari kandang ke gudang.”
“Aku tidak
merasa kedinginan kok,” jawab Shipi.
“Mooo... itu
pasti karena bulunya yang tebal,” sambung Pipi. “Bulu itu membuatnya tetap
hangat.”
Semua binatang
memandang kagum pada bulu tebal Shipi. Shipi tersipu. Ia belum pernah
diperhatikan seperti ini sebelumnya.
“Maafkan kami,
Shipi,” ujar Tambing. “Kami menyesal
selama ini telah mengejek bulumu. Padahal, bulumu
sekarang menyelamatkan nyawa kami.”
Shipi tersenyum.
“Ah, tidak apa-apa. Kita semua kan berteman. Jadi, sudah seharusnya saling membantu.”
Semua binatang
mengangguk senang.
*****
Komentar
Posting Komentar