Review Novel Hujan Karya Tere Liye
Asli,
ini keren!
Saya
sudah membaca novel Hujan karya Tere Liye ini sudah agak lama sih, mungkin
sekitar 2 bulan lalu. Bukunya juga dapat minjam ke teman (hehehe..), jadi
fisiknya sudah tak ada lagi di tangan saya. Tapiii…. Saya masih ingat kalau buku
ini: keren!
Sumber gambar: https://referensibukubagus.files.wordpress.com/2016/01/resensi-novel-hujan-karya-tere-liye.jpg?w=1200
Kenapa
saya bilang keren?
Sampai
saat ini saya belum mampu merampungkan membuat satu novel pun, hahaha… Tapi
buku ini bisa selesai dengan isi yang sangat runut, bagi saya itu saja sudah
keren. Di dalam buku ini juga terdapat informasi ilmiah.
Yah,
novel ini genre-nya memang science fiction. Jadi, ceritanya tentang permasalahan-permasalahan
yang dihadapi dunia seperti bencana gempa bumi, tertimbun salju dan lain
sebagainya. Tidak melulu soal cinta. Yup, itu yang saya suka. Cinta bukan
menjadi fokus utama walaupun tetap menjadi benang merah cerita (ngomong apa sih
saya? Hahaha)
Fokus
utama ceritanya ya tentang bagaimana si tokoh utama bertahan hidup setelah
bencana besar yang melanda. Soal cinta yang dibahas di novel ini pun tidak
seekstrem orang pacaran di kehidupan nyata yang sering saya temui (halah..).
Tokoh utamanya hanya bertemu, mendatangi tempat-tempat kenangan saat bencana,
lalu mengobrol. Mereka bahkan tak sadar kalau saling cinta hingga saat dewasa. Jadi
tidak ada tuh cinta monyet-monyetan, hihihi..
Kekurangannya
ada pada angka. Ada tahun yang di awal disebutkan tahun A tapi lalu di bab yang
lain disebutkan beberapa tahun sehingga hasilnya bukan tahun A tapi tahun B. Lalu
ada daerah yang awalnya dikatakan sektor yang keadaannya tingkat 2, di halaman
berikutnya dikatakan tingkat 3. Hanya kesalahan ketik sedikit saja, ehehe..
Kalau
dari segi cerita ya keren. Saya selalu berharap bisa membuat novel sekeren itu.
Ayo belajar lebih giat, Midah! Ahahaha…
Saya
juga perlu berterima kasih pada novel Hujan ini, juga salah satu kisah di
serial anak Goldie and Bear (tentang Goldie yang membuka guci yang berisi awan
sihir), juga salah satu film pendek pixar tentang awan mendung yang selalu
gagal membuat ‘bayi’ yang lucu untuk diantarkan si burung. Dari ketiga kisah
itu, saya jadi punya ide untuk membuat cerpen anak di kelas MJG beberapa waktu
yang lalu. Semoga cernak itu nantinya bisa tembus media yang saya incar. Aamiin.
Eh,
ini kok malah cucol lagi? Hohoho...
Baiklah, segitu saja
review tentang novel ini. Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar