Midah dan Kisah Foto Instagram: Abu-abu
Instagram. Media sosial yang
satu ini memang sekarang banyak digemari. Meski saya sudah agak lama memiliki
akun instagram (sejak tahun 2014), tapi saya agak pemilih dan pemalu (atau mungkin malu-maluin,
hihi..) untuk sering-sering upload foto di instagram. Sehingga sampai sekarang
hanya ada 95 foto saja yang sudah saya posting di akun instagram @hamidahjauhary itu.
Karena sifat pemilih saya itu, rasanya (hampir) semua foto jadi
spesial. Apalagi foto-foto Harits, si baby boy saya, tentu semua spesial. Tapi
dengan berat hati.. eh, dengan pemikiran yang mendalam, akhirnya saya berhasil
memilih 3 foto yang memiliki kesan lebih “jero” alias mendalam dibanding yang
lainnya. Itu karena ketiga foto ini bagi saya bermakna ABU-ABU alias abstrak,
antara senang, bahagia, sedih, khawatir juga
kecewa. Perpaduan yang lengkap.
Nah, ini kisah ketiga foto tersebut.
Foto Pertama
Ini adalah foto keluarga saya (tampak dari belakang). Foto yang
merupakan hasil repost dari akun instagram suami saya ini diupload 20 Mei 2016.
Kenapa saya repost? Sebenarnya saya juga punya foto aslinya. Tapi, ternyata
suami lebih dulu mengupload foto tersebut dengan mengubah tampilan warnanya
jadi lebih eksotis, ihihii.. Dan saya sukaaa.. makanya saya repost saja.
Yang memotret kami saat itu hanyalah tripod, jadi kami benar-benar piknik bertiga saja waktu itu. Dan juga hanya ada 14 like saja pemirsa! *sedih, hahaha...
Seperti saya bilang di awal, saya ini (agak) pemalu. Saya sangaaatt
jarang upload foto yang ada wajah saya, terutama saat sendiri. Kalau bareng
teman-teman sih tak masalah, hehe..
Nah, ternyata oh ternyata suami saya pun tak suka difoto. Ia lebih
suka mengambil foto. Jadilah kami berfoto seperti ini. Ide membuat foto tampak
belakang seperti ini adalah dari suami saya. Katanya kelak ini adalah “icon”
keluarga kami, hahaha..
Foto ini diambil sewaktu kami berada di Pantai Kejawanan Cirebon.
Waktu itu kami memang sedang berkunjung ke rumah Mamah saya. Sejak akhir Januari
2015 saya memang pindah ke Bekasi. Itu sebabnya terkadang saya masih suka “homesick”.
Melihat foto ini bisa jadi salah satu obat yang mujarab saat saya kangen
Cirebon, hehehe..
Makanya, bagi saya foto ini spesiaaall (sekaligus abu-abu)...
Selain ada keluarga saya yang lengkap, fotonya tampak belakang yang menjadi “icon”
kami, juga karena foto ini diambil di kota spesial yang selalu saya rindukan.
Lengkap deh.
Foto Kedua
Foto ini dipost pada 6 Desember 2016 yang sebenarnya sangaaat
latepost. Aslinya, foto yang mendapat 27 like dan 6 komentar ini diambil pertengahan bulan Oktober 2016 lalu. Saat itu kami
melakukan piknik ke Hotel Jatiluhur bersama keluarga dari suami.
Kami bertiga termasuk yang jaraaaang berfoto bersama. Lihat saja
galeri foto di ponsel saya atau suami. Pasti penuh dengan foto si Harits atau
hal lain, bukan foto kami sendiri ataupun foto keluarga. Jadi, foto ini cukup
istimewa. Apalagi di foto ini kami ‘tampak dari depan’, hehe..
Tapi… foto ini juga bermakna abu-abu bagi saya pribadi. Pertama, karena kami memang mengenakan baju berwarna abu-abu kala itu, hehe.. Kedua, karena
saat melihat foto ini saya teringat kalau saya (agak) kecewa. Saat itu saya
memang ragu-ragu untuk ikut piknik. Itu karena kondisi tubuh saya serta Harits
yang kebetulan memang sedang kurang fit. Saat sampai di sana, saya juga merasa
kecewa karena beberapa hal yang tak sesuai harapan saya. Ah, sudahlah. Anggap
saja ini karena saya (terlalu) sensitif, hahaha.. *jangan ditiru, yak..
Foto Ketiga
Ini adalah foto dari buku non fiksi pertama saya, sekaligus buku
pertama yang berhasil tembus mayor. Yeaayy! Foto ini diupload pada 7 Desember
2016, sesaat setelah saya menerima buku ini sebagai bukti terbit dari Penerbi
Andi. Meski hanya mendapat 19 like dan 15 komentar, saya tetap senang, hahaa..
Buku ini sebenarnya memang bukan buku pertama saya. Sebelumnya saya
sudah memiliki 13 buku antologi bersama serta 1 buah buku solo yaitu kumpulan
cerpen remaja. Tapi… semuanya terbit indie. Jadi… rasanya masih kurang “greget”,
hehehe…
Naah, bagi saya buku inilah yang “greget". Penerbit mayor
gitu lho! Hihihi.. Bukan berarti saya merendahkan penerbit indie ya. Toh 14
buku saya sebelumnya juga terbit indie. Tapi… tentu ada rasa yang berbeda saat
melihat buku dengan namamu yang tertulis di cover-nya terpajang di rak toko buku,
terutama Gramedia. Jadi tolong dimaklumi kalau selama ini saya agak lebay ya,
hehehe…
Tapi
kenapa foto ini juga abu-abu? Entahlah. Hehe.. Mungkin hanya kekhawatiran saya
saja. Jadi, foto ini seolah menyimpan rasa khawatir saya juga. Karena ini kan
merupakan buku pertama saya di penerbit mayor. Saya jadi banyak berpikir. Apa
yang harus saya lakukan? Promosi seperti apa yang bisa dilakukan untuk buku
saya ini? Bagaimana kalau bukunya dibilang jelek? Bagaimana kalau bukunya tak
laku?
Kira-kira
seperti itu. Lebay, ya? Hihihi.. Yah, pokoknya sekali lagi tolong ampuni saya
yang terlalu lebay menghadapi hidup ini.. eh, menghadapi terbitnya buku saya
ini, hahaha..
Nah, itu
ketiga kisah dari ketiga foto di instagram saya. Semuanya abu-abu. Seperti
hidup ini. Tak akan selamanya putih alias senang, juga tak akan selamanya hitam
alias sedih.
Kamu mau
ikutan juga menuliskan Kisah Foto Instagramku seperti saya ini? Yuk, tulis dan
tuangkan kisahmu sekarang juga.
Tulisan ini
diikutkan dalam Hani Widiatmoko First Give Away Kisah Foto Instagramku
Makasih sudah ikut ga saya. Salam...
BalasHapusWa'alaikumussalam.
HapusSama-sama, Bu. π